Motor
Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar
pada stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya
berbentuk sama dengan mesin induksi, sedangkan kumparan medan mesin
sinkron dapat berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub
dengan celah udara sama rata (rotor silinder). Arus searah (DC) untuk
menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke rotor melalui cincin
dan sikat.
2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron
Gambar 2.1 Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b) kondisi berbeban (c) kurva karakteristik torsi
Gambar
2.1 memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron. Keadaan
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada
stator) dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir
arus tiga fasa pada kumparan. Arus tiga fasa pada kumparan jangkar ini
menghasilkan medan putar homogen (BS). Berbeda dengan motor
induksi, motor sinkron mendapat eksitasi dari sumber DC eksternal yang
dihubungkan ke rangkaian rotor melalui slip ring dan sikat. Arus DC pada
rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang tetap.
Kutub medan rotor mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga
turut berputar dengan kecepatan yang sama (sinkron). Torsi yang
dihasilkan motor sinkron merupakan fungsi sudut torsi (d). Semakin besar sudut antara kedua medan magnet, maka torsi yang dihasilkan akan semakin besar seperti persamaan di bawah ini.
T = k .BR .Bnet sin d (2.1)
Pada beban nol, sumbu kutub medan putar berimpit dengan sumbu kumparan medan (d = 0). Setiap penambahan beban membuat medan motor “tertinggal” dari medan stator, berbentuk sudut kopel (d); untuk kemudian berputar dengan kecepatan yang sama lagi. Beban maksimum tercapai ketika d = 90o.
Penambahan beban lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan torsi
dan motor disebut kehilangan sinkronisasi. Oleh karena pada motor
sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks yaitu arus bolak-balik (AC)
pada stator dan arus searah (DC) pada rotor, maka ketika arus medan
pada rotor cukup untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan motor,
maka stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif
dan motor bekerja pada faktor daya = 1,0. Ketika arus medan pada rotor
kurang (penguat bekurang), stator akan menarik arus magnetisasi dari
jala-jala, sehingga motor bekerja pada faktor daya terbelakang (lagging).
Sebaliknya bila arus pada medan rotor belebih (penguat berlebih),
kelebihan fluks (ggm) ini harus diimbangi, dan stator akan menarik arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala, dan karenanya motor bekerja pada faktor daya mendahului (leading). Dengan demikian, faktor daya motor sinkron dapat diatur dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF)
2.2 Rangkaian Ekuivalen Motor Sinkron
Motor
sinkron pada dasarnya adalah sama dengan generator sinkron, kecuali
arah aliran daya pada motor sinkron merupakan kebalikan dari generator
sinkron. Oleh karena arah aliran daya pada motor sinkron dibalik, maka
arah aliran arus pada stator motor sinkron juga dapat dianggap dibalik.
Maka rangkaianekuivalen motor sinkron adalah sama dengan rangkaian
ekuivalen generator sinkron, kecuali arah arus Ia dibalik. Bentuk
rangkaian ekuivalen motor sinkron diperlihatkan pada gambar 2.2.
Dari gambar 2.2 dapat dibuatkan persamaan tegangan rangkaian ekuivalen motor sinkron sebagai berikut.
Vq= Ea + Ia.Ra + jIa.XS (2.2)
atau :
Ea = Vq- Ia.Ra – jIa.XS (2.3)
2.3 Kurva Karakteristik Torsi-Kecepatan Motor Sinkron
Motor
sinkron pada dasarnya merupakan alat yang menyuplai tenaga ke beban
pada kecepatan konstan. Kecepatan putaran motor adalah terkunci pada
frekuensi listrik yang diterapkan, oleh karena itu kecepatan motor
adalah konstan pada beban bagaimanapun. Kecepatan motor yang tetap ini
dari kondisi tanpa beban sampai torsi maksimum yang bisa disuplai motor
disebut torsi pullout. Bentuk karakteristik torsi terhadap kecepatan ini diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Karakteristik torsi – kecepatan
Dengan mengacu kebali ke persamaan (2.3) dapat dibuatkan kembali persamaan torsi motor sinkron sebagai berikut.
Torsi maksimum motor terjadi ketika d = 90°. Umumnya
torsi maksimum motor sinkron adalah tiga kali torsi beban penuhnya.
Ketika torsi pada motor sinkron melebihi torsi maksimum maka motor akan
kehilangan sinkronisasi. Dengan mengacu kembali ke persamaan (2.1) dan
(2.4), maka persamaan Torsi maksimum (pullout) motor sinkron dapat dibuatkan sebagai berikut.
atau
Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa semakin besar arus medan, maka torsi maksimum motor akan semakin besar.
2.4 Pengaruh Perubahan Beban Pada Motor Sinkron
Gambar 2.4 Pengaruh perubahan beban pada motor sinkron
Gambar
2.4 memberikan gambaran bentuk pengaruh perubahan beban pada motor
sinkron. Jika beban dihubungkan pada motor sinkron, maka motor akan
membangkitkan torsi yang cukup untuk menjaga motor dan bebannya berputar
pada kecepatan sinkron. Misal mula-mula motor sinkron beroperasi pada
faktor daya mendahului (leading). Jika beban pada motor dinaikkan, putaran rotor pada asalnya akan melambat. Ketika hal ini terjadi, maka sudut torsi d menjadi
lebih besar dan torsi induksi akan naik. Kenaikan torsi induksi akan
menambah kecepatan rotor, dan motor akan kembali berputar pada kecepatan
sinkron tapi dengan sudut torsi d yang lebih besar.
2.5 Pengaruh Pengubahan Arus Medan pada Motor Sinkron
Kenaikan
arus medan IF menyebabkan kenaikan besar Ea tetapi tidak mempengaruhi
daya real yang disuplai motor. Daya yang disuplai motor berubah hanya
ketika torsi beban berubah. Oleh karena perubahan arus medan tidak
mempengaruhi kecepatan dan beban yang dipasang pada motor tidak berubah
sehingga daya real yang disuplai motor tidak berubah, dan tegangan fasa
sumber juga konstan, maka jarak daya pada diagram fasor (Ea.sin d dan Ia.cos q)
juga harus konstan. Ketika arus medan dinaikan, maka Ea naik, tetapi ia
hanya bergeser di sepanjang garis dengan daya konstan. Gambaran
hubungan pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Pengaruh kenaikan arus medan pada motor sinkron
Ketika nilai Ea naik, besar arus Ia mula-mula turun dan kemudian naik lagi. Pada
nila Ea rendah, arus jangkar Ia adalah lagging dan motor bersifat
induktif. Ia bertindak seperti kombinasi resitor-induktor dan menyerap
daya reaktif Q. Ketika arus medan dinaikkan, arus jangkar menjadi kecil
dan pada akhirnya menjadi segaris (sefasa) dengan tegangan. Pada kondisi
ini motor bersifat resistif murni. Ketika arus medan dinaikkan lebih
jauh, maka arus jangkar akan menjadi mendahului (leading)
dan motor menjadi beban kapasitif. Ia bertindak seperti kombinasi
resistor-kapasitor menyerap daya reaktif negatif –Q (menyuplai daya
reaktif Q ke sistem). Hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk satu beban (P) yang tetap akan merupakan kurva yang berbentuk V seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Kurva V hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk satu beban (P) yang tetap pada motor sinkron
Beberapa
kurva V digambarkan untuk level daya yang berbeda. Arus jangkar minimum
terjadi pada faktor daya satu dimana hanya daya real yang disuplai ke
motor. Pada titik lain, daya reaktif disuplai ke atau dari motor. Untuk
arus medan lebih rendah dari nilai yang menyebabkan Ia minimum, maka arus jangkar akan tertinggal (lagging) dan menyerap Q. Oleh karena arus medan pada kondisi ini adalah kecil, maka motor dikatakan under excitation. Untuk arus medan lebih besar dari nilai yang menyebabkan Ia minimum, maka arus jangkar akan mendahului (leading) dan menyuplai Q. Kondisi ini disebut over excitation.
2.6 Kondensor Sinkron
Telah
diterangkan sebelumnya bahwa apabila motor sinkron diberi penguatan
berlebih, maka untuk mengkompensasi kelebihan fluks, dari jala-jala akan
ditarik arus kapasitif. Karena itu motor sinkron (tanpa beban) yang
diberi penguat berlebih akan berfungsi sebagai kapasitor dan mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki faktor daya. Motor sinkron demikian disebut
kondensor sinkron.
2.7 Daya Reaktif
Motor
sinkron tanpa beban dalam keadaan penguatan tertentu dapat menimbulkan
daya reaktif. Perhatikan diagram vektor motor sinkron tanpa beban pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.7 Diagram vektor daya reaktif motor sinkron tanpa beban
Pada gambar (a), penguatan normal, sehingga V = E. Motor dalam keadaan mengambang karena tidak memberikan ataupun menarik arus. V berimpit dengan E karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya d = 0. Pada gambar (b), penguatan berlebih, sehingga E >V. Arus kapasitif (leading current) ditarik dari jala-jala. Daya aktif P = VI cos q =
0. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat
kapasitif (kapasitor). Pada gambar (c), penguatan berkurang, sehingga E < V. Arus magnetisasi (lagging current) ditarik dari jala-jala. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat induktif (induktor).
2.8 Starting Motor Sinkron
Pada
saat start ( tegangan dihubungkan ke kumparan stator) kondisi motor
adalah diam dan medan rotor BR juga stasioner, medan magnet stator mulai
berputar pada kecepatan sinkron. Saat t = 0, BR dan BS adalah segaris,
maka torsi induksi pada rotor adalah nol. Kemudian saat t = ¼ siklus
rotor belum bergerak dan medan magnet stator ke arah kiri menghasilkan
torsi induksi pada rotor berlawanan arah jarum jam. Selanjutnya pada t =
½ siklus BR dan BS berlawanan arah dan torsi induksi pada kondisi ini
adalah nol. Pada t = ¾ siklus medan magnet stator ke arah kanan
menghasilkan torsi searah jarum jam. Demikian seterusnya pada t = 1
siklus medan magnet stator kembali segaris dengan medan magnet rotor.
Bentuk hubungan Torsi motor sinkron pada kondisi start ini diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.8 Torsi motor sinkron pada kondisi start
Selama
satu siklus elektrik dihasilkan torsi pertama berlawanan jarum jam
kemudian searah jarum jam, sehingga torsi rata-rata pada satu siklus
adalah nol. Ini menyebabkan motor bergetar pada setiap siklus dan
mengalami pemanasan lebih. Tiga pendekatan dasar yang dapat digunakan
untuk menstart motor sinkron dengan aman adalah.
1. Mengurangi
kecepatan medan magnet stator pada nilai yang rendah sehingga rotor
dapat mengikuti dan menguncinya pada setengah siklus putaran medan
magnet. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi tegangan
yang diterapkan.
2. Menggunakan
penggerak mula eksternal untuk mengakselarasikan motor sinkron hingga
mencapai kecepatan sinkron, kemudian penggerak mula dimatikan
(dilepaskan).
3. Menggunakan
kumparan peredam (damper winding) atau dengan membuat kumparan rotor
motor sinkron seperti kumparan rotor belitan pada motor induksi (hanya
saat start).
Sumber: http://ujangaja.wordpress.com/2008/03/30/motor-sinkron/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar