Motor induksi
merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan
induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini
bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang
terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor
dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di rumah tangga. Motor
induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi
1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan
banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri,
sedangkan motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase
yang banyak digunakan terutama pada penggunaan untuk peralatan rumah
tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan
sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang
rendah.
3.1 Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut.
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor.
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.
Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.
1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Rangka stator motor induksi didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi
bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia
dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara
terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan
torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator
didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif.
Berdasarkan
bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi dua
jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1, yaitu.
1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
a) Rangka Stator b) Rotor Belitan c) Rotor Sangkar
Gambar 3.1 Bentuk konstruksi dari motor induksi
Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.
1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator.
2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor.
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
4. Poros atau as.
Diantara
stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara
stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang
memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara
yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga
didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara
stator dan rotor terlalu besar akan mengakibatkan efisiensi motor
induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu kecil/sempit
akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin. Bentuk gambaran sederhana
penempatan stator dan rotor pada motor induksi diperlihatkan pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu kumparan stator dan satu kumparan rotor
Tanda silang
(x) pada kumparan stator atau rotor pada gambar 3.2 menunjukkan arah
arus yang melewati kumparan masuk ke dalam kertas (tulisan ini)
sedangkan tanda titik (.) menunjukkan bahwa arah arus keluar dari
kertas.
Belitan
stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan akan menghasilkan
medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns =,
120f/2p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong
konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai
dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar
stator. Perbedaan putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip.
Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel motor yang oleh karenanya
akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara
medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi.
Bila beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
3.2. Prinsip Kerja Motor Induksi
Motor
induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan
stator kepada kumparan rotornya. Garis-garis gaya fluks yang
diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya
sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi dan karena penghantar
(kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir
arus pada kumparan rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus
ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator
sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan
torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan
medan induksi stator. Pada rangka stator terdapat
kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya yang dililitkan pada
sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan
berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya.
Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan
putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini
disebut kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut.
wsink = 2pf (listrik, rad/dt) (3.1)
= 2pf / P (mekanik, rad/dt)
atau:
Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) (3.2)
yang mana :
f = frekuensi sumber AC (Hz)
P = jumlah pasang kutup
Ns dan wsink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator
Prinsip kerja motor induksi berdasarkan macam fase sumber tegangannya dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut dibawah ini.
1. Sumber 3-fase
Sumber
3-fase ini biasanya digunakan oleh motor induksi 3-fase. Motor induksi
3-fase ini mempunyai kumparan 3-fase yang terpisah antar satu sama
lainya sejarak 1200 listrik yang dialiri oleh arus listrik 3-fase yang berbeda fase 1200
listrik antar fasenya, sehingga keadaan ini akan menghasilkan resultan
fluks magnet yang berputar seperti halnya kutup magnet aktual yang
berputar secara mekanik. Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stator diperlihatkan pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Bentuk hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup stator
Berntuk
gambaran fluk yang terjadi pada motor induksi 3-fasa diperllihatkan
pada gambar 3.4 (fluks yang terjadi pada kumparan 3-fase diasumsikan
sinusoidal seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.4a dengan arah fluks positif seperti gambar 3.4b)
<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]>
<![endif]–>
Gambar 3.4 Fluks yang terjadi pada motor induksi 3-fase dari gambar 3.3
Bila dimisalkan nilai fluks maksimum yang terjadi pada salah satu fasenya disebut fm , maka resultan fluks fr pada setiap saat diperoleh dengan melakukan penjumlah vektor dari masing-masing fluks f1 , f2 dan f3 akibat pengaruh 3-fasenya. Bila nilai fr dihitung setiap 1/6 perioda dari gambar 3.4a dengan mengambil titik-titik 0, 1, 2 dan 3 maka akan diperoleh bentuk gambaran perputaran fluks stator seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.5.
Bentuk
perhitungan hingga terjadinya perputaran fluks magnet stator dari
gambar 3.5 dapat diterangkan dengan memperhatikan kembali titik-titik 0,
1, 2 dan 3 pada gambar 3.4 sehingga didapatkan sebagai berikut.
(i) Saat q = 00 pada gambar 3.4a akan diperoleh :
f1 = 0, f2 = – [(
)/2] x fm , f3 = [(
)/2] x fm
Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(i) dengan perhitungan :
fr = 2 x
[(

)/2] x
fm x cos (60
0/2) =
x [(

)/2] x
fm = (3/2)
fm
(ii) Saat q = 600 pada gambar 3.4a akan diperoleh :
f1 = [(
)/2] x fm , f2 = – [(
)/2] x fm , f3 = 0
Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(ii) dengan perhitungan :
fr = 2 x
[(

)/2] x
fm x cos (60
0/2) =
x [(

)/2] x
fm = (3/2)
fm
Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap sebesar (3/2) fm dan berputar searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 60 0.
Gambar 3.5 Bentuk perputaran fluks stator dari gambar 3.4
(iii) Saat q = 1200 pada gambar 3.4a akan diperoleh :
f1 = [(
)/2] x fm , f2 = 0 , f3 = – [(
)/2] x fm
Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.4(iii) dengan perhitungan :
fr = 2 x
[(

)/2] x
fm x cos (60
0/2) =
x [(

)/2] x
fm = (3/2)
fm
Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap lagi sebesar (3/2) fm dan berputar lagi searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 600 atau 1200 dari saat awal.
(iv) Saat q = 1800 pada gambar 3.4a akan diperoleh :
f1 = [(
)/2] x fm , f2 = – [(
)/2] x fm , f3 = 0
Penjumlahan vektor dari ketiga vektor f1 ,f2 dan f3 ini menghasilkan vektor fr seperti yang diperlihatkan pada gambar 5(iv) dengan perhitungan :
fr = 2 x
[(

)/2] x
fm x cos (60
0/2) =
x [(

)/2] x
fm = (3/2)
fm
Di sini dapat dilihat bahwa resultan fluks yang dihasilkan adalah tetap lagi sebesar (3/2) fm dan berputar lagi searah jarum jam dengan besar sudut sebesar 600 atau 1800 dari saat awal.
Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Resultan fluks yang dihasilkan konstan sebesar (3/2) fm yaitu 1,5 kali fluks maksimum yang terjadi dari setiap fasenya.
2. Resultan fluks yang terjadi berputar disekeliling stator dengan kecepatan konstan sebesar 60.f /P (telah dijabarkan sebelumnya).
Besarnya fluks konstan yang terjadi pada motor induksi 3-fase juga dapat dibuktikan secara matematik. Dengan cara mengambil salah satu fase-1 sebagai referensi maka didapatkan sebagaiberikut.
Misalkan fluks yang dihasilkan oleh kumparan a‑a (fasa 1) pada saat “t” dapat dinyatakan dalam koordinat polar, yaitu :
f1 = fa cos f (3.3)
Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b‑b (fasa 2) dan c‑c (fasa 3) masing‑masing adalah :
f2 = fb cos (f - 120°) (3.4)
f3 = fc cos (f - 240°) (3.5)
Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara sinusoid, maka amplitudo fa, fb dan fc dapat dituliskan:
fa = fmaks cos wt (3.6)
fb = fmaks cos (wt - 120°) (3.7)
fc = fmaks cos (wt - 240°) (3.8)
Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat (f) dan waktu (t).
ft(f,t) = fm cos wt cos f + fm cos (f - 120°) cos (wt - 120°) + fm cos (f - 240°) cos (wt - 240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :
cos a cos b = ½ cos (a - b) + ½ cos (a + b) (3.9)
didapat :
ft(f,t) = ½fm cos (f - wt) + ½fm cos (f + wt) + ½fm cos (f - wt) +
½fm cos (f + wt - 240°) + ½fm cos (f - wt) + ½fm cos (f + wt - 480°)
Suku kedua, keempat, dan keenam saling menghapuskan, maka diperoleh:
ft(f,t) = 1,5 fm cos (f - wt) (3.10)
2. Sumber 2-fasa atau 1-fasa
Pada
dasarnya, prinsip kerja motor induksi 1-fasa sama dengan motor induksi
2-fasa yang tidak simetris karena pada kumparan statornya dibuat dua
kumparan (yaitu kumparan bantu dan kumparan utama) yang mempunyai
perbedaan secara listrik dimana antara masing-masing kumparannya tidak
mempunyai nilai impedansi yang sama dan umumnya motor bekerja dengan
satu kumparan stator (kumparan utama). Khusus untuk motor
kapasitor-start kapasitor-run, maka motor ini dapat dikatakan bekerja
seperti halnya motor induksi 2-fasa yang simetris karena motor ini
bekerja dengan kedua kumparannya (kumparan bantu dan kumparan utama)
mulai dari start sampai saat running (jalan).
Motor
induksi 1-fase yang bekerja dengan satu kumparan stator pada saat
running (jalan) dapat dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar, tetapi bekerja berdasarkan gabungan medan maju dan medan mundur. Bila
salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan
berputar mengikuti perputaran medan ini. Bentuk gambaran proses
terjadinya medan maju dan medan mundur ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori perputaran medan ganda seperti yang diperlihatkan pada
gambar 3.6.
Gambar 3.6 Teori perputaran medan ganda pada motor induksi 1-fase
Gambar
3.6 memperlihatkan bahwa fluks sinusoidal bolak balik dapat ditampilkan
sebagai dua fluks yang berputar, dimana masing-masing fluks bernilai
setengah dari nilai fluks bolak-baliknya yang berputar dengan kecepatan
sinkron dengan arah yang saling berlawanan. Gambar 3.6a memperlihatkan
bahwa fluks total yang dihasilkan sebesar Fm adalah akibat pengaruh dari masing-masing komponen fluks A dan B yang mempunyai nilai sama sebesar Fm / 2 yang berputar dengan arah yang berlawanan. Setelah fluks A dan B berputar sebesar +q dan -q (pada gambar 3.6b) resultan fluks yang terjadi menjadi 2 x (Fm/2) sin (2q/2) = Fm sin q.
Selanjutnya setelah seperempat lingkaran resultan fluks yang terjadi
(gambar 3.6c) menjadi nol karena masing-masing fluks A dan B mempunyai
harga yang saling menghilangkan. Setelah setengah lingkaran (gambar
3.6d) resultan fluks A dan b akan menghasilkan –2 x (Fm/2) = – Fm
(arah berlawanan dengan gambar 3.6a). Selanjutnya setelah tigaperempat
lingkaran (gambar 3.6e) resultan fluks A dan B yang terjadi kembali nol
karena masing-masing fluks yang saling menghilangkan. Proses pada gambar
3.6 ini akan terus berlangsung sehingga terlihat bahwa medan fluks yang
terjadi adalah medan maju dan medan mundur karena pengaruh fluks magnet
bolak balik yang dihasilkan oleh sumber arus bolak balik.
3.3 Slip
Apabila rotor dari motor induksi berputar dengan kecepatan Nr, dan medan magnet stator berputar dengan kecepatan Ns, maka bila ditinjau perbedaan kecepatan relatif antara kecepatan medan magnet putar stator terhadap kecepatan rotor, ini disebut kecepatan slip yang besarnya sebagai berikut.
Kec.slip = Ns – Nr (3.11)
Kemudian slip (s) adalah :
S =
(3.12)
Frekuensi yang dibangkitkan pada belitan rotor adalah f2 dimana
f2 =
(3.13)
dengan: p = jumlah kutup magnet stator.
Sedangkan frekuensi medan putar stator adalah fl, di mana
f1 =
(3.14)
Dari persamaan–persamaan di atas akan diperoleh
=
f2 = sf1 (3.15)
Apabila, slip = 0 (karena Ns=Nr) maka f2 = 0. Apabila rotor ditahan slip = 1 (karena Nr= 0) maka f2 = f1. Dari persamaan f2 = sf1,
diketahui bahwa frekuensi rotor dipengaruhi oleh slip. Oleh karena GGL
induksi dan reaktansi pada rotor merupakan fungsi frekuensi maka
besarnya juga turut dipengaruhi oleh slip. Besarnya GGL induksi efektif
pada kumparan stator adalah :
E1 = 4,44 f1 N1 fm (3.16)
Selanjutnya, besarnya GGL induksi efektif pada kumparan rotor adalah :
E2S = 4,44 f2 N2 fm (3.17)
= 4,44 s f1 N2 fm
= s.E2
dimana :
E2 = GGL pada saat rotor diam (Nr = Ns)
E2S = GGL pada saat rotor berputar.
Selanjutnya karena kumparan rotor mempunyai reaktansi induktif yang dipengaruhi oleh frekuensi, maka dapat dibuatkan :
X2S = 2p f2 L2 (3.18)
= 2p s.f1 L2
= sX2
dengan :
X2S = reaktansi pada saat rotor berputar.
X2 = reaktansi pada saat rotor diam. (Nr = Ns).
3.4 Arus Rotor
Lilitan
rotor dihubung singkat dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan
sumber, arusnya diinduksikan oleh fluks magnet bersama (f)
antara stator dan rotor yang melewati celah udara, sehingga arus rotor
ini bergantung kepada perubahan‑perubahan yang terjadi pada stator.
Apabila tegangan sumber V1 diberikan pada stator, pada stator timbul tegangan E1 yang diinduksikan oleh fluks‑fluks tersebut yang juga menimbulkan tegangan E pada rotor, (E2 = E1 pada saat rotor ditahan dan s E2 = E1 pada waktu motor berputar dengan slip s). Besarnya arus rotor I2 akan diimbangi dengan arus stator tapi dengan arah berlawanan agar fluks magnet bersama (fm) tetap konstan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.7.
Gambar 3.7: Diagram vektor motor induksi dengan tinjauan sederhana
Pada slip s, arus rotor ditentukan oleh s E2 (GGL rotor) dan Z2 (impedansi rotor), sehingga akan diperoleh:
I1== – I2 =
(3.19)
I1 ketinggalan sebesar j2 terhadap V1, dengan:
j2 = arc tan
(3.20)
3.5. Rangkaian Pengganti Motor Induksi 3-fasa
Motor induksi 3-fasa mempunyai kumparan stator dan kumparan rotor. Rangkaian pengganti rotor motor induksi ideal digambarkan pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Rangkaian pengganti rotor motor induksidengan tinjauan sederhana.
GGL induksi pada rotor adalah sE2 = E1, jika dibuat El = E2 maka semua unsur yang ada di rotor harus dibagi dengan “s”, sehingga r2 menjadi
dan s.X2 menjadi X2. Selanjutnya dapat juga dibuatkan :
(3.21)
dengann arus rotor I2 tetap sama dengan I2 sebelumnya. Bila dinamakan tahanan stator = r1 dan reaktansi induksi dari fluks bocor kumparan stator = X1,
akan dapat dibuatkan rangkaian pengganti motor induksi 3-fasa
perfasanya seperti gambar 3.9. Selanjutnya, bila rotor dilihat dari sisi
stator akan diperoleh gambar 3.10 dengan rm (tahanan karena pengaruh rugi-rugi inti) dan Xm
(reaktansi induktif magnet) pada inti. Gambar 3.10 merupakan gambar
rangkaian pendekatan (ekivalen) motor induksi 3-fasa perfasa yang sudah
merupakan standar untuk menganalisa rangkaian karena sisi rotor dilihat
dari sisi stator.
Gambar 3.9. Rangkaian pengganti motor induksi 3-fasa perfasa
Gambar 3.10 Rangkaian pengganti dengan rotor disesuaikan terhadap stator.
Gambar
3.10 memperlihatkan bahawa untuk menggabungkan rangkaian stator dan
rangkaian rotor, rangkaian rotor harus disesuaikan dengan rangkaian
stator. Apabila rangkaian rotor disesuaikan terhadap rangkaian stator
maka rangkaian rotor dianggap mempunyai nilai yang sama dengan bayangan
dari rangkaian stator itu sendiri, sehingga E1 = E2’. Selanjutnya untuk parameter-parameter yang lain pada sisi rotor juga diberik tanda ( ‘ ) seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.10.
3.6. Daya Motor Induksi
Dengan memperhatikan gambar 3.8 sampai dengan gambar 3.10 dapat dibuatkan besarnya daya aktif makanik yang ditransfer dari stator melalui celah udar ke rotor (Pg) sebesar.
Pg = I22 .
= I22. (
) (3.22)
= (I2’)2 .
= I2’2. (
)
dan rugi-rugi daya aktif pada kumparan rotor (Pr2) sebesar:
Pr2 = I22 r2 = (I2’)2.r2 (3.23)
Selanjutnya daya aktif mekanik yang bermanfaat untuk menggerakkan rotor (Pm) sebesar:
Pm = I22 .
= (I2’)2 .
(3.24)
Bila dibuatkan perbandingan antara ketiga daya tersebut, dengan asumsi rugi-rugi putar diabaikan, maka dapat dibuatkan perbandingan sebagai berikut.
Pm : Pr2 = (1-s) : s (3.25)
Pg : Pm : Pr2 = 1: (1 ‑ s) : s (3.26)
Kemudian rugi-rugi daya aktif pada kumparan primer motor induksi 3-fasa perfasa (P1) dapat dibuatkan sebagai berikut.
P1 = I12 r1 (3.27)
Daya masukan motor induksi 3-fasa perfasa menjadi:
Pin = P2 + Pg (3.28)
Selanjutnya daya 3-fasanya dapat dibuatkan sebagai berikut.
Pin (3ph) = 3. Pin(3ph) (3.29)
Pin (3ph) = VL. IL. Cos
(3.30)
Dengan
= perbedaan sudut antara VL dan IL.
3.7 Torsi Motor Induksi
Torsi berhubungan dengan kemampuan motor untuk mesuplai beban mekanik. Oleh karena itu Torsi (T) secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
T =
(3.31)
Dengan : wr = kecepatan sudut (mekanik) dari rotor.
Dari persamaan (3.12) dapat dibuat bahwa Nr = Ns (1-s), sehingga diperoleh pula:
wr = ws (1-s) (3.32)
Bila dilihat torsi mekanik yang ditransfer pada rotornya (perhatikan gambar 3.10) akan diperoleh sebagai berikut.
Tg =
(3.33)
Dimana:
k = 
a = 
Ttorsi
start yang dibutuhkan pada motor induksi dapat dihitung dengan
memasukkan nilai s = 1 pada persamaan (3.33). Selanjutnya dengan
memperhatikan persamaan 3.26, torsi mekanik yang bermanfaat untuk
memutar rotor menjadi:
Tm =
(3.34)
Torsi maksimum dicapai pada
, maka dari persamaan (3.33), maka diperoleh:
a (s2 + a2) – s.a (2s) = 0
s2 + a2 – 2 s2 = 0
s2 = a2
s = ± a (3.35)
Dari keadaan ini akan diperoleh torsi maksimum (Tmx) sebesar:
Tmx =
(3.36)
Torsi maksimum (1/2k) tersebut dicapai pada slip positif (mesin bertindak sebagai motor induksi) dan pada slip negatif (mesin bertindak sebagai generator induksi).
Hubungan antara torsi dan slip dinyatakan pada gambar 3.11.
Gambar 3.11 Hubungan antara torsi dan slip motor induksi
Dengan memperhatikan gambar 3.11 dapat dilihat bahwa:
- Pada kecepatan hipersinkron (kecepatan melebih kecepatan sinkron), slipnya negatif (biasanya kecil), mesin beroperasi sebagai generator induksi dengan torsi bekerja dengan arah yang berlawanan dengan putaran medan putar.
- Saat
mesin bekerja pada kecepatan di antara standstill dan kecepatan
sinkron, dengan slip positif antara 1 dan 0: Mesin berputar pada keadaan tanpa beban sehingga slipnya kecil sekali, GGL rotor juga kecil sekali, Z2 (rotor circuit impedance) hampir R murni dan arus cukup untuk membangkitkan torsi dan memutar rotornya.
- Selanjutna beban mekanik dipasang pada poros
sehingga putaran rotor makin lambat, slip naik, GGL rotor naik (besar
maupun frekuensinya), menghasilkan arus dan torsi yang lebih besar.
- Jika motor induksi diputar berlawanan dengan arah putaran medan putar maka
masih akan dihasilkan torsi yang bertindak sebagai rem dan terjadi
penyerapan tenaga mekanik: Misalnya mesin dalam keadaan berputar dengan
slip “s”, kemudian arah medan putar tiba‑tiba di balik, maka akan
terjadi rotor mempunyai slip (2 ‑ s), kecepatan turun menuju nol dan
dapat dibawa ke kondisi standstill. Cara ini adalah cara pengereman motor yang disebut dengan plugging.
3.8. Hubungan Antara Torsi dan Slip
Dari
persamaan (34) terlihat bahwa untuk s = 0, T = 0 sehingga kurva dimulai
dari titik 0. Pada kecepatan normal (mendekati kecepatan sinkron, harga
(s.X2) sangat kecil dibanding harga r2‑nya, sehingga T =
untuk r2 konstan.
Gambar 3.12. Grafik T = f(s) untuk bermacam-macam nilai r2 pada motor induksi
Apabila slip terus dinaikkan (dengan menambah beban motor) torsi (T) terus meningkat dan mencapai harga maksimum pada saat s =
, torsi ini disebut pull ‑ out atau break ‑ down torque. Dengan bertambahnya beban, slip makin besar, putaran motor makin turun maka lama‑lama X2 meningkat terus sehingga “r2” dapat diabaikan bila dibandingkan terhadap (s.X2)
sehingga bentuk kurva torsi ‑ slip sesudah mencapai titik maksimum
berobah dalam setiap penambahan beban motor dimana torsi yang dihasilkan
motor akan terus merosot, akibatnya putaran semakin pelan dan akhirnya
berhenti. Pada prinsipnya daerah kerja dari motor berada di antara slip,
s = 0 dan s =
saat mencapai torsi maksimum, perhatikan gambar 3.12. Dari gambar 3.12 terlihat bahwa nilai Tmaks tergantung dari “r2”, makin besar harga “r2” makin besar pula nilai slip untuk mencapai Tmaks.
3.9 Membalik Arah Putaran Motor Induksi 3-fasa
Untuk
membalik putaran motor dapat dilaksanakan dengan menukar dua di antara
tiga kawat dari sumber tegangannya seperti yang diperlihatkan pada
gambar 3.13.
Gambar 3.13 Cara membalik arah putaran motor induksi 3-fasa
3.10 Memilih Motor Listrik
Setiap
motor listrik sebagai alat penggerak sudah mempunyai klasifikasi
tertentu sesuai dengan maksud penggunaannya menurut kebutuhan yang
diinginkan. Klasifikasi tiap motor listrik bisa dibaca pada papan nama (name plate) yang dipasang padanya sehingga untuk berbagai keperluan bisa dipilih motor yang sesuai.
Di dalam pemakaian sederhana, klasifikasi motor hanya dikenal menurut::
1. Tenaga output motor (HP).
2. Sistem tegangan (searah, bolak-balik, ukurannya, fasenya).
3. Kecepatan motor (rendah, sedan, tinggi).
Dalam
pemakaian yang sederhana ini belum dicapai hal-hal lain yang sangat
penting dalam memilih motor yang sesuai. Jadi dapat disimpulkan bahwa
klasifikasi motor ini sangatlah luas mencakup dalam:
1. Hal-hal yang dibutuhkan oleh mesin-mesin yang digerakkan (driven machines) yang sesuai dengan: tenaga dan torsi yang dibutuhkan
2. Karakteristik beban dan macam-macam kerja yang diperlukan
3. Konstruksi mesin-mesin yang digerakkan
Hal-hal
yang demikian akan memberikan pula macam-macam variasi bentuk dari
motor termasuk alat-alat perlengkapannya (alat-alat pengusutan dan
pengaturan).
3.11 Motor Induksi 1-fasa
Motor
induksi 1-fasa biasanya tersedia dengan daya kurang dari 1 HP dan banyak
digunakan untuk keperluan rumah tangga dengan aplikasi yang sederhana,
seperti kipas angin motor pompa dan lain sebagainya. Didasarkan pada cara kerjanya, maka motor ini dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Motor fase belah/fase bagi (split phase motor)
2. Motor kapasitor (capacitor motor)
a. Kapasitor start (capacitor start motor)
b. Kapasitor start-kapasitor jalan (capacitor start-capacitor run motor)
c. Kapasitor jalan (capacitor run motor)
3. Motor kutub bayangan (shaded pole motor)
Penjelasan dari jenis-jenis motor ini dijabarkan sebagai berikut di bawah ini.
3.11.1 Motor fase belah/fase bagi
Motor
fase belah mempunyai kumparan utama dan kumparan bantu yang tersambung
paralel dan mempunyai perbedaan fasa antara keduanya mendekati 90o listrik. Gambaran konstruksi dan bentuk rangkaian sederhana pemasangan kumparannya diperlihatkan pada gambar 3.14.
Gambar 3.14 Bentuk konstruksi dan hubungan kumparan motor induksi fasa belah
Gambar 3.14a memperlihatkan letak kumparan utama dan kumparan bantu yang diatur berjarak 90o
listrik, gambar 3.14b memperlihatkan hubungan kumparan utama dan
kumparan bantu dalam rangkaiannya dan gambar 3.14c memperlihatkan
hubungan arus dan tegangan yang terjadi pada kumparan motor induksi fasa
belah. Di dalam prakteknya diusahakan antara arus kumparan bantu dan
kumparan utamanya berbeda fasa mendekati 90 o listrik. Dengan
cara ini maka kumparan motor menjadi seolah-olah seperti motor induksi
dua fase yang akan dapat menghasilkan medan magnet yang seolah-olah
berputar sehingga motor induksi ini dapat berputar sendiri (self
starting).
Pada motor fase boleh, “kumparan utama” mempunyai tahanan murni rendah dan reaktansi tinggi, sebaliknya “kumparan bantu” mempunyai tahanan murni yang tinggi
tetapi reaktansinya rendah. Tahanan murni kumparan bantu dapat
dipertinggi dengan menambah R yang disambung secara seri dengannya
(disebut motor resistor) atau dengan menggunakan kumparan kawat yang
diameternya sangat kecil. Bila pada kumparan bantuk diberik kapasitor,
maka motor ini disebut motor kapasitor (capacitor motor). Motor fase belah ini biasanya sering disebut motor resistor saja,
sedangkan untuk motor kapasitor jarang disebut sebagai motor fase belah
karena walaupun prinsipnya adalah membagi dua fasa tetapi nilai
perbedaan fasanya hampir mendekati 90o, sehingga kerjanya
mirip dengan motor induksi 2-fasa dan umum disebut sebagai motor
kapasitor saja. Untuk memutuskan arus, kumparan Bantu dilengkapi dengan
saklar pemutus ‘S’ yang dihubungkan seri terhadap kumparan bantu. Alat
ini secara otomatis akan memutuskan setelah motor mencapai kecepatan
75% dari kecepatan penuh. Pada motor fase belah yang dilengkapi saklar
pemutus kumparan bantu biasanya yang dipakai adalah saklar sentrifugal. Khusus untuk penerapan motor fase belah ini pada lemari es biasanya digunakan rele.
3.11.2 Motor kapasitor
Motor
kapasitor merupakan bagian dari motor fasa belah, namun yang membedakan
kedua motor tersebut adalah pada saat kondisi start motor. Motor
kapasitor ini menggunakan kapasitor pada saat startnya yang dipasang
secara seri terhadap kumparan bantu. Motor kapasitor ini umumnya
digunakan pada kipas angin, kompresor pada kulkas (lemari es), motor
pompa air, dan sebagainya. Pada lemari es umumnya memakai rele sebagai saklar sentrifugalnya. Berdasarkan
penggunaan kapasitor pada motor kapasitor, maka motor kapasitor ini
dapat dibagi dalam hal sebagai berikut di bawah ini.
1. Motor kapasitor start (capacitor start motor)
Pada motor kapasitor, pergeseran fase antara arus kumparan utama (Iu) dan arus kumparan bantu (Ib)
didapatkan dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang seri terhadap
kumparan bantunya seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.15.
Gambar 3.15 Bagan rangkaian motor kapasitor dan diagram vektor Iu dan Ib
Kapasitor
yang digunakan pada umumnya adalah kapasior elektrolik yang
pemasangannya tidak permanen pada motor (sebagai bagian yang dapat
dipisahkan). Kapasitor start direncanakan khususnya untuk waktu
pemakaian yang singkat, sekitar 3 detik, dan tiap jam hanya 20 kali
pemakaian. Bila saat start dan setelah putaran motor mencapai 75% dari
kecepatan penuh, saklar sentrifugal (CS) otomatis akan terbuka untuk
memutuskan kapasitor dari rangkaian, sehingga yang tinggal selanjutnya
hanya kumparan utama saja.. Pada sebahagian motor ini ada yang
menggunaan rele sebagai saklar sentifugalnya. Ada 2 bentuk pemasangan
rele yang biasa digunakan yaitu penggunaan rele arus dan rele tegangan
seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.16 dan gambar 3.17.
Gambar 3.16 Bentuk penggunaan rele arus dalam rangkaian
Arus start
yang dihasilkan pada gambar 3.16 cukup besar sehingga medan magnet yang
dihasilkan oleh rele sanggup untuk menarik kontak NO (normally open)
menjadi menutup (berhubungan), setelah motor berjalan dan mencapai
kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka arus motor sudah turun menjadi
kecil kontak NO yang terhubung tadi terlepas kembali karena medan magnet
yang dihasilkan tidak sanggup untuk menarik kontak NO sehingga
kapasitor dilepaskan lagi dari rangkaian.
Gambar 3.17 Bentuk penggunaan rele tegangan dalam rangkaian
Tegangan awal saat start
yang dihasilkan pada rele gambar 3.17 masih kecil sehingga medan magnet
yang dihasilkan oleh rele tidak sanggup untuk menarik kontak NC
(normally close) menjadi terbuka (memisah), setelah motor berjalan dan
mencapai kecepatan 75% kecepatan nominalnya, maka tegangan pada rele
sudah naik menjadi normal sehingga kontak NC yang terlepas tadi
terhubung karena medan magnet yang dihasilkan rele sanggup untuk menarik
kontak NC menjadi terbuka sehingga kapasitor dilepaskan lagi dari
rangkaian.
Disamping itu, penggunaan
kapasitor start pada motor kapasitor dapat divariasikan misalnya dengan
tegangan tegangan ganda seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.18.
Gambar 3.18 Motor kapasitor start tegangan ganda, putaran satu arah.
Untuk
penggunaan tegangan rendah pada gambar 3.18, kumparan utama I dan
kumparan utama II diparalel dengan cara terminal 1 dikopel dengan 3,
terminal 2 dikopel dengan 4, kemudian terminal 1 dan 2 diberikan untuk
sumber tegangan. Untuk tegangan tingginya, kumparan utama I dan kumparan
utama II dihubungkan secara seri, kemudian terminal 1 dikopel dengan 4
dan terminal 3 dan 2 untuk sumber tegangan.
Motor kapasitor start yang sederhana juga dapat diperlengkapi dengan pengaturan kecepatan dan pembalik arah putaran seperti yang diperlihatkan pada contoh berikut di bawah ini.
a. Motor kapasitor start dengan 3 ujung dengan arah putaran yang dapat dibalik (three leads reversible capacitor start motor) diperlihatkan pada gambar 3.19.
Gambar 3.19 Motor kapasitor start dengan 3 ujung dengan pembalik arah putaran
b. Motor kapasitor start 2 kecepatan seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.20.
Gambar 3.20 Motor kapasitor start 2 kecepatan.
Bila saklar diatur pada posisi low pada gambar 3.20, motor
berputar lambat, sedangkan bila saklar diatur pada posisi high, motor
berputar lebih cepat, karena kumparan cepat (high run) mempunyai jumlah
kutub sedikit sedangkan kumparan lambat (low run) mempunyai jumlah kutub
yang lebih banyak.
c. Motor kapasitor start dengan 2 kumparan dan menggunakan 2 buah kapasitor seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.21.
- 
Gambar 3.21 Motor kapasitor start dengan 2 kecepatan dan menggunakan 2 buah kapasitor.
2. Motor kapasitor start dan jalan (capacitor start-capacitor run motor).
Pada dasarnya motor
ini sama dengan capasitor start motor, hanya saja pada motor jenis ini
kumparan bantunya mempunyai 2 macam kapasitor dan salah satu
kapasitornya selalu dihubungkan dengan sumber tegangan (tanpa saklar
otomatis). Motor ini menggunakan nilai kapasitansi yang berbeda untuk
kondisi start dan jalan. Dalam susunan pensaklaran yang biasa, kapasitor
start yang seri dengan saklar start dihubungkan secara paralel dengan
kapasitor jalan dan kapasitor yang diparalelkan itu diserikan dengan
kumparan bantu.
Penggunaan kapasitor start dan jalan yang terpisah memungkinkan perancangan motor memilih ukuran
optimum masing-masing, yang menghasilkan kopel start yang sangat baik
dan prestasi jalan yang baik. Tipe kapasitor yang digunakan pada motor
kapasitor ini adalah tipe elektrolit dan tipe berisi minyak. Rancangan
motor ini biasanya hanya digunakan untuk penggunaan motor satu fasa yang
lebih besar dimana khususnya diperlukan untuk kopel start yang tinggi. Keuntungan dari motor jenis ini adalah :
1. Mempertinggi kemampuan motor dari beban lebih.
2. Memperbesar cos j (faktor daya).
3. Memperbesar torsi start,
4. Motor bekerja lebih baik (putaran motor halus).
Motor
jenis ini bekerja dengan menggunakan kapasitor dengan nilai yang tinggi
(besar) pada saat startnya, dan setelah rotor berputar mencapai
kecepatan 75% dari kecepatan nominalnya, maka kapasitor startnya dilepas
dan selanjutnya motor bekerja dengan menggunakan kapasitor jalan dengan
nilai kapasitor yang lebih rendah (kapasitas kecil) agar motor dapat
bekerja dengan lebih baik. Bentuk gambaran motor jenis ini diperlihatkan
pada gambar 3.22. Pertukaran harga kapasitor dapat dicapai dengan dua
cara sebagai berikut.
a) Dengan
menggunakan dua kapasitor yang dihubungkan secara paralel pada
rangkaian bantu, kemudian setelah saklar otomatis bekerja maka hanya
sebuah kapasitor yang terhubung secara seri dengan kumparan bantu
(gambar 3.22a)
b) Dengan memasang sebuah kapasitor yang dipasang secara paralel dengan ototransformator step up (gambar 3.22b).
a) b)
Gambar 3.22 Cara mendapatkan pertukaran harga kapasitor
3. Motor kapasitor jalan (capacitor run motor).
Motor
ini mempunyai kumparan bantu yang disambung secara seri dengan sebuah
kapasitor yang terpasang secara permanen pada rangkaian motor. Kapasitor
ini selalu berada dalam rangkaian motor, baik pada waktu start maupun
jalan, sehingga motor ini tidak memerlukan saklar otomatis. Oleh karena
kapasitor yang digunakan tersebut selalu dipakai baik pada waktu start
maupun pada waktu jalan maka harus digunakan kapasitor yang memenuhi
syarat tersebut yaitu kapasitor yang berjenis kondensator minyak, atau
kondensator kertas minyak. Pada umumnya kapasitor yang digunakan
berkisar antara 2 sampai 20m F, bentuk hubungannya pada rangkaian motor diperlihatkan pada gambar 3.23 dengan jenis dua arah putaran.
Gambar 3.23 Motor kapasitor jalan yang bekerja dengan 2 arah putaran (maju dan mudur) dengan kumparan utama sama dengan kumparan bantu.
Pada
gambar 3.23, waktu putaran kanan, kumparan A diseri dengan kapasitor
dan kumparan B bertindak sebagai kumparan utama, sedangkan pada waktu
putaran kiri, kumparan B diseri dengan kapasitor dan berfungsi sebagai
kumparan bantu, sehingga kumparan A sekarang berfungsi sebagai kumparan
utama. Selanjutnya pada gambar 3.24 diperlihatkan contoh penerapan motor
kapasitor jalan yang dapat diatur kecepatannya yang biasa diterapkan
pada kipas angin.
Gambar 3.24 Motor kapasitor jalan (permanen) dengan 2 kecepatan.
Untuk menentukan berapa besar kapasitor yang harus dipasang pada motor, secara umum diterapkan diperlihatkan pada tabel 1.
3.11.3 Motor kutup bayangan
Motor kutub bayangan (Shaded pole)
ini menggunakan kutup magnet stator yang dibelah dan diberi cincin pada
bagian kutup yang kecil yang disebut kutup bayangan, dan sisi kutup
yang besar disebut kutub pokok (Un shaded pole) dengan rotor
yang biasa digunakan adalah rotor sangkar tupai seperti yang
diperlihatkan pada gambar 3.25. Motor kutub bayangan ini biasanya
diterapkan untuk kapasitas yang kecil dan sering dijumpai pada motor‑motor kipas angin yang kecil.
a) bentuk kutup 4 b) kutup bayangan diberi cicin
Gambar 3.25 Kutub utama dan kutub bayangan motor kutub bayangan
Gambar
3.25b menunjukkan sebuah kutub dari motor kutub bayangan, kira‑kira 1/3
dari kutub diberi alur yang selanjutnya dilingkari (diberi cincin)
dengan satu lilitan hubung singkat (CU Coil) dan dikenal dengan kumparan bayangan (shading coil).
Kutub yang diberi cincin ini dikenal dengan nama kutub bayangan, dan
bagian lainnya yang besar dikenal dengan kutup bukan bayangan (Un shaded pole).
Medan putar yang dihasilkan pada motor jenis ini adalah karena adanya
induksi pada cincin hubung singkat yang terdapat pada kutub bayangan
yang berasal dari pengaruhi induksi magnet pada kutup yang lainya,
sehingga motor ini menghasilkan fluks magnet yang berputar.
Sumber:http://ujangaja.wordpress.com/2008/04/16/motor-induksi/